Pentingnya Agama dan Beragama Kembali ke Akarnya



“Covid-19” membangkitkan kesadaran baru, yang seharusnya, bahwa saling membenci, bersaing yang tidak sehat, saling menghakimi, karena berbeda agama, bahkan berkonflik antar dan intra Agama-Agama (juga kepercayaan) dalam bentuk dan dengan alasan apa pun untuk tujuan apapun tidak bermanfaat bagi Agama manapun dan bukan cara beragama yang sepatutnya. Justru, "Covid-19", mendidik semuanya untuk saling bersolidaritas, saling menguatkan, saling memperhatikan demi kesehatan hidup bersama yang konstruktif, damai.

Agama dan beragama masuk lagi ke dalam, ke akar yang paling fundamental, tidak lain dari personal encounter with the Eternity, dalam kesepian; dan kesepian tertinggi dan mutlak adalah kematian, mors, death.

Penting bagi kita ke depan untuk memikirkan bersama, apa akibat dari gerak “radikalisme”, dalam arti yang sangat asli, yaitu : semua agama kembali kepada “hubungan personal dengan yang kekal” [“personal encounter with the eternity”), dan itu perlu dibuktikan dengan bagaimana memaknai Agama dalam kehidupan sehari-hari dengan sesama manusia, masyarakat, bangsa, dengan alam semesta.


Salah satu upaya asli, back to roots, kita perlu benar-benar menjadi a movement for peace. Ketenangan bersama Agama-Agama (intra dan antar), serta Kepercayaan, tidak bisa kalau hanya sesaat, superficial – untuk kepentingan yang destruktif. Harus dibuat permanen, langgeng. Demi kehidupan bersama yang utuh, saling menghidupkan, tidak lain damai dan perdamaian.

Mari kita bahas bersama dalam Diskusi “Pentingnya Agama dan Beragama Kembali ke Akarnya” besok Jumat, 10 Juli 2020.
.
.
#Diskusi #Agama #Beragama #DIAN #Interfidei #JaringanAntarImanIndonesia #JAII