img

Teguh Prio: Teladan dalam Membangun Perdamaian dan Solidaritas dengan Sesama


Saya, Drs. Teguh Prio, M.Pd., biasa dipanggil Teguh, berprofesi sebagai Guru. Saya mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas X, XI, dan XII di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Palu, Propinsi Sulawesi Tengah. Saya alumnus Lokakarya Mengelola dan Memaknai Perbedaan di Lingkungan Sekolah bagi Guru Tingkat SMA/SMK di Sulawesi Tengah yang diselenggarakan oleh Institut DIAN/Interfidei. Saya mengikuti kegiatan lokakarya dari tingkat dasar tahun 2014 hingga pelatihan bagi calon pelatih yang diselenggarakan di Poso, Sulawesi Tengah, tahun 2019.


Perubahan yang sangat signifikan setelah mengikuti dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan Institut DIAN/Interfidei, yakni: pertama, saya tidak merasa canggung lagi dan kaku bila harus berkomunikasi serta berelasi dengan orang atau kelompok yang berbeda latar belakang agama, suku, etnis, bahasa, dan sebagainya. Kedua, banyak pembelajaran (pengetahuan dan ketrampilan) yang saya peroleh. Semua itu membuat saya lebih percaya diri untuk menumbuhkembangkan semangat menghargai dan menghormati perbedaan di lingkungan sekolah dan masyarakat.


Pembelajaran yang diperoleh dalam mengikuti kegiatan bersama Institut DIAN/Interfidei yakni: saya semakin sadar bahwa perbedaan itu rahmat jika dikelola dengan baik untuk tujuan yang mulia. Perbedaan itu seperti sepasang sandal. Terlihat serasi antara kanan dan kiri walaupun keduanya berbeda. Mereka saling mendukung, serasi, dan bekerja sama. Di saat kiri di depan, kanan harus mengalah di belakang, dan sebaliknya bila kanan di depan, kiri harus mengalah di belakang. Ketika berhenti, mereka sejajar. Bagi saya, perbedaan tidak bisa ditolak atau ditiadakan. Perbedaan justru memperkaya nilai-nilai persatuan dan persaudaraan. Karena itu, perbedaan mesti dikelola dan menjadikannya sebagai kekuatan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu perdamiaan dan kerukunan. Hal yang paling mendasar adalah bahwa kita semua bersaudara, yang satu berguna untuk lainnya. Persaudaraan harus tulus untuk saling menghargai, menghormati, dan tolong-menolong.


Oleh Institut DIAN/Interfidei, saya dipertemukan dengan berbagai lembaga, komunitas, dan banyak orang yang berbeda-beda, namun punya semangat yang kuat untuk membangun perdamaian. Saya juga dipertemukan dengan sejumlah tokoh nasional dan lokal, juga dengan orang-orang yang memiliki tingkat keilmuan yang jauh di atas, seperti para akademisi, dalam berbagai kesempatan untuk saling belajar dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan.


Saya sadar bahwa menjadi guru bukan hanya di sekolah, namun juga di lingkungan sekitar atau masyarakat. Karena itu, saya mesti memberikan teladan yang baik untuk ditiru dalam membangun perdamaian, juga bersolidaritas dengan sesama agar menjadi inspirasi bagi yang lain.


Lewat Lokakarya Mengelola dan Memaknai Perbedaan di Lingkungan Sekolah bagi Guru SMA/SMK di Sulawesi Tengah, saya dipertemukan dengan Guru-Guru Pendidikan Agama Protestan, Katolik, Islam, Hindu, Buddha, Pendidikan Sosiologi,  dan PKn dari sekolah-sekolah di Sulawesi Tengah. Kami berkunjung dan dipertemukan dengan para pemuka dan tokoh agama untuk saling mengenal dan belajar. Kami juga berkunjung ke sekolah-sekolah yang berlatar belakang agama yang berbeda untuk belajar bagaimana mereka mengelola perbedaan di sekolah mereka. Meskipun berbeda-beda, kami, peserta lokakarya, sepakat bahwa yang paling penting adalah dialog. Dialog merupakan solusi untuk saling mengenal, berkomunikasi, mengetahui permasalahan, dan cara menyelesaikan persoalan. Dialog menuntut kita untuk mengedepankan diskusi secara berkesinambungan.


Sebagai Guru mata pelajaran PKn, tanggung jawab saya adalah menumbuhkan semangat cinta tanah air dan mendorong para murid untuk terbuka terhadap perbedaan baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal. Saya wajib bersemangat dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai Guru, untuk menciptakan suasana yang harmonis dalam masyarakat. Saat pembelajaran, saya bersama para siswa berkunjung ke Taman Makam Pahlawan Propinsi Sulawesi Tengah agar mereka belajar dari semangat para pahlawan. Kami berkunjung ke keluarga Guru maupun siswa yang mengalami sakit atau musibah. Kami juga memberikan bantuan ke masyarakat yang mengalami bencana apapun latar belakang agamanya. Ketika hari raya keagamaan, kami merayakan bersama di sekolah dan saling mengucapkan selamat hari raya. Semua itu merupakan komitmen saya untuk ikut serta dalam memperteguh Indonesia sebagai bangsa yang bhineka. Nilai-nilai kebhinekaan perlu dikelola dan dijadikan kekuatan kebersamaan, persaudaraan, kesatuan, serta menghindari kekerasan, pemaksaan, dan tindak intoleransi. Terlebih di lingkungan sekolah.


Kepada para Guru se-Sulawesi Tengah dan Indonesia, berdasar pembelajaran dari pengalaman yang saya peroleh lewat berkegiatan dengan Institut DIAN/Interfidei, saya menyarankan agar jangan berhenti untuk berbuat baik kepada semua orang. Tetapkan diri dengan komitmen yang telah Anda bangun. Jangan ada dusta di antara kita, karena seperti kata pepatah Jawa “Becik ketitik olo ketoro. Biarlah Tuhan yang menilai, jangan gampang menghakimi orang lain, hargai dan hormatilah semua orang.


Selain lewat kegiatan dengan Institut DIAN/Interfidei, saya juga terlibat dalam sejumlah kegiatan untuk peningkatan kapasitas sebagai guru. Seperti mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan Lembaga Pertahanan dan Ketahanan Nasional (LEMHANAS). Saya mendapat dua pin penghargaan dari LEMHANAS. Selain itu juga pin Anugerah Konstitusi dari Mahkamah Konstitusi. Saya dua kali mengikuti kegiatan sosialisasi kebangsaan yang diselenggarakan MPR RI. Saya pernah menjadi juara ke-12 lomba karya ilmiah yang diselenggarakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (KEMENDIKBUD RI). Saya juga diangkat menjadi Instruktur Nasional Bidang Mata Pelajaran PPKn dalam pengembangan Kurikulum 2013, serta menjadi narasumber saat membahas tema multikulturalisme, pluralisme, dan kebangsaan. Saya juga mengajar melalui siaran Radio Republik Indonesi Pro 2 FM Palu, semala masa belajar dari rumah.


Dalam bidang sosial-masyarakat, saya aktif sebagai Pengurus Wilayah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Propinsi Sulawesi Tengah. Juga aktif dalam gerakan kemanusiaan sebagai relawan dalam kebencanaan. Selain itu juga aktif dalam komunitas Jaringan Antar Iman Indonesia (JAII) sejak 2014 dan mengikuti Konferensi Jaringan Antar-Iman Indonesia (JAII) di Makasar (2016), Bandung (2017), serta semiloka di Yogyakarta (2019). Selain berpartisipasi dalam Lokakarya Mengelola dan Memaknai Perbedaan di Lingkungan SMA/SMK di Sulawesi Tengah dari tahap dasar hingga ToT, saya juga aktif dalam webinar Pengembangan Pendidikan Karakter Peserta Didik se-Indonesia. Semoga cerita saya ini dapat memberi inspirasi bagi rekan guru lainnya.


Ditulis oleh: Cornelius Selan
Editor: Otto Adi Yulianto